Casts : Lukman Sardi, Prisia Nasution, Acha Septriasa, Indra Birowo, Sophia Latjuba, Yama Carlos, Asmirandah, Amanda Soekasah, Hamish Daud
Film adaptasi dari karya literatur masih menjadi sebuah tren di industri film tanah air. Bisa dilihat kesuksesan yang didapat dari hasil adaptasinya. Tiga film Indonesia terlaris sepanjang masa merupakan film-film adaptasi dari karya literatur, seperti Laskar Pelangi, Habibie & Ainun dan juga Ayat-Ayat Cinta. Recto Verso adalah sebuah buku kumpulan cerita pendek oleh Dewi Lestari. Uniknya, sebelas buah cerita pendek ini didampingi oleh sebuah album berisi sebelas lagu yang berjudul sama dengan cerita pendeknya masing-masing. Kedua karya tersebut, cerita pendek dan lagu dirilis bersamaan. Sayangnya, hanya lima dari sebelas cerita pendek yang difilmkan. Salah satunya adalah Malaikat Juga Tahu. Lagu tersebut sempat menjadi hits di zamannya dengan video klip yang lebih menyerupai film pendek dari cerita tersebut. Cerita lain yang diangkat adalah Firasat, sebuah lagu yang terkenal dibawakan oleh mantan suami Dee, Marcell.
Malaikat Juga Tahu bercerita tentang seorang pria autis yang jatuh cinta kepada Leia, perempuan yang tinggal di tempat kosnya tersebut, namun kedatangan Hans, adiknya membuat ia harus bersaing untuk mendapatkan Leia.
Firasat bercerita tentang Senja yang memiliki "firasat" lebih bergabung dengan Klub Firasat, sebuah klub yang membahas tentang firasat dan pertanda dari alam. Alasan utama Senja bergabung dengan klub tersebut adalah kehadiran Panca sebagai ketua klub tersebut.
Cicak di Dinding bercerita tentang pertemuan seorang pelukis bernama Taja dengan wanita misterius bernama Saras. Setelah mengalami malam yang mengesankan, mereka tidak pernah bertemu kembali.
Curhat buat Sahabat bercerita tentang persahabatan Amanda dan Reggie yang sudah bertahun-tahun, namun Reggie memendam rasa cinta terhadap Amanda.
Hanya Isyarat bercerita tentang Al yang bergabung dengan sebuah kelompok backpacker, tetapi ia tidak pernah duduk bersama mereka dan hanya mengagumi salah seorang dari mereka, Raga walau hanya dari punggungnya saja.
Film ini tidak seperti kebanyakan film dengan banyak yang cerita yang diselesaikan satu per satu. Film ini dibuat sebagai sebuah kesatuan yang utuh. Perpindahan dari satu cerita ke cerita lain cukup halus walaupun tidak istimewa. Perpindahannya mungkin bisa dilakukan dengan mencari saat di mana kedua buah cerita sedang membicarakan hal yang sama, misalnya sama-sama ada bunyi telepon.
Malaikat Juga Tahu merupakan salah satu segmen terkuat di film ini. Lukman Sardi sekali lagi berhasil memerankan karakter Abang yang autis dan bisa membuat para penonton simpati dengan karakter tersebut. Cerita Malaikat Juga Tahu di film ini juga ditampilkan cukup berbeda dengan video klipnya, walaupun masih menggunakan aktor Abang yang sama. Hal tersebut menjadi sebuah nilai plus karena untuk sebagian orang yang telah lekat dengan lagu dan video klipnya tersebut akan membanding-bandingkannya. Hal negatif dari pengulangan tersebut adalah film ini jadi cukup tertebak, tetapi film ini berhasil memainkan emosi penonton dengan dialog dan akting para pemainnya, terutama Lukman Sardi ditambah lagu Malaikat Juga Tahu yang dinyanyikan ulang oleh Glenn Fredly.
Firasat memiliki banyak lokasi di outdoor dan hal tersebut dimanfaatkan dengan sangat maksimal dengan sinematografinya yang indah. Bagi sebagian orang mungkin tidak menyadari "kelebihan" Senja dengan firasatnya tersebut, tetapi seiring berjalannya cerita penonton akan mengerti. Film ini memiliki hubungan dengan Malaikat Juga Tahu walau sangat kecil sekali hubungannya.
Curhat buat Sahabat cenderung berlokasi di sebuah tempat bar di mana Amanda, diperankan Acha Septriasa curhat sepuas-puasnya dengan Reggie yang diperankan Indra Birowo. Chemistry Acha dengan Indra cukup baik dan Acha bermain dengan sangat baik. Indra pun memerankan karakternya yang serius dengan baik. Film ini menggunakan banyak flash back untuk menggambarkan persahabatan mereka yang mungkin sebenarnya bisa ditunjukkan semua di awal. Penggunaan lagu Curhat buat Sahabat sendiri yang dinyanyikan ulang oleh Acha sendiri terasa seperti tempelan. Acha hanya menyanyi live dan bahkan tidak sampai di bagian refrain, padahal lirik lagu tersebut memiliki makna yang sangat dalam. Sebagian lirik dialihkan menjadi dialog dan terkesan agak garing. Sayangnya, film ini berakhir agak anti klimaks dan kurang memuaskan.
Cicak di Dinding menampilkan cameo kelima sutradara dan bahkan adik sang sutradara, Julie Estelle. Ceritanya termasuk cerita yang biasa tanpa ada sesuatu istimewa. Nilai plus dari segmen ini adalah kepuitisannya terhadap judulnya. Sangat disayangkan semua hal yang seru di segmen ini sudah diperlihatkan di trailer.
Hanya Isyarat yang berlokasi di Bali ini tidak membuat saya merasa seperti sedang ada di Bali. Lokasinya hanya seperti di sebuah pantai yang bisa di mana saja dan juga sinematografinya biasa-biasa saja, tidak ada yang sampai membuat lokasi tersebut terlihat istimewa. Ceritanya cenderung membosankan karena seperti suara hati seorang perempuan yang memendam perasaannya dan tidak terjadi hal yang signifikan. Mirip seperti Cicak di Dinding, kepuitisan lah yang menjadi nilai lebih dari segmen ini. Akan tetapi, kepuitisannya berada di sebuah cerita yang dilakukan pada saat sharing session yang memang penuh dengan cerita yang cukup menyentuh.
Secara keseluruhan, film ini berhasil menyuguhkan cerita yang menyahat hati sesuai dengan taglinenya "Cinta yang tak Terucap". Akan tetapi, Malaikat Juga Tahu terasa sangat dominan dari segala aspek. Film ini dibuka dan diakhiri oleh Malaikat Juga Tahu, sehingga sebagian bagian akhir segmen terasa kurang memuaskan. Lagu Malaikat Juga Tahu juga merupakan satu-satunya lagu yang diperdengarkan dari awal hingga akhir, padahal lagu-lagu lainnya juga memiliki kekuatan yang sama untuk menyayat hati para penonton. Jangan buru-buru keluar setelah film selesai karena ada Firasat yang dinyanyikan oleh Raisa dan ada after credit. Let's continue to Recto Verso Part 2 maybe ?
Score : 7/10
No comments:
Post a Comment