Thursday, January 31, 2013

[Review] 3AM (2012) : 4Bia Wanna-B3


Director : Patchanon Thammajira (The Wig), Kirati Nakintanon (The Corpse Bride), Isara Nadee (O.T.)
Casts : Focus Jirakul, Apinya Sakuljaroensuk, Toni Rakkaen, Shahkrit Yamnarm, Ray MacDonald

Semenjak kesuksesan 4Bia dan Phobia 2, para filmmaker Thai mencoba mengekor kesuksesannya dengan membuat film omnibus horor. Sudah banyak sekali film omnibus horor Thailand yang dirilis di negerinya sendiri maupun yang sempat diputar di bioskop tanah air. Ada sebuah tren lagi yang selalu diterapkan hampir di seluruh film omnibus horor Thailand, yaitu film terakhir di omnibus tersebut bergenre horor komedi. Film ini merupakan film horor Thailand kedua yang diputar di Indonesia dengan format 3D. Film horor Thailand pertama yang diputar di sini adalah Dark Flight yang terkenal hancurnya. Kedua film tersebut sama-sama diproduksi oleh Five Star.

Film ini menggunakan sebuah kepercayaan, tentang jam 3 pagi (3AM) adalah waktu di mana para hantu menjadi sangat kuat, sebagai elemen penghubung ketiga film pendek ini.



The Wig

Film ini bercerita tentang dua orang saudari, May dan Mint yang tidak akur satu sama lain. Mereka mengelola bisnis keluarganya, yaitu toko rambut palsu selagi orang tua mereka tidak ada di rumah. Akan tetapi, kedatangan sebuah rambut panjang yang indah mulai meneror mereka.

Sayang disayangkan, film ini menjadi film pembuka. Semua yang anda harapkan dari film horor "terpenuhi". Semua adegan yang menakut-nakuti tidak ada yang baru dan benar-benar klise. Film ini juga tidak perlu membawa-bawa "rambut palsu" sebagai cerita, cukup dengan menggunakan pertengkaran saudara dan muncul sebuah hantu yang meneror mereka juga sudah cukup. Banyak hal aneh yang tidak dijelaskan di film ini. Jujur, film ini membuat ekspektasi saya menjadi sangat rendah kepada dua film selanjutnya.

Score : 3/10


The Corpse Bride

Seorang pria petugas rumah duka ditugaskan untuk menjaga sepasang mempelai yang meninggal seminggu sebelum pernikahan mereka. Ia ditugaskan untuk menjagai dan memberi "makan" sepasang mempelai tersebut. Ia mencoba masuk dan tidur di kamar yang seharusnya menjadi kamar mempelai yang dilarang atasannya. Namun, ia menemukan sesuatu di balik kematian sepasang mempelai tersebut.

Ide cerita film ini sebetulnya cukup menarik. Akan tetapi, di awal film hingga pertengahan cukup membosankan karena hampir tidak terjadi apa-apa, jarang ada penampakan hantu dan jalan ceritanya berjalan cukup lambat. Film ini juga lebih bermain dari sisi psikologi dalam menakuti-nakutinya. Sang sutradara, Kirati Nakintanon sebelumnya menyutradai sebuah film komedi romantis berjudul First Kiss yang cukup sukses dan juga sempat diputar di bioskop tanah air tahun lalu. Film ini masih bisa dieksplorasi lagi dari sisi percintaan petugas rumah duku dan sepasang mempelai.

Score : 6/10


O.T. (Overtime)

Film ini bercerita tentang dua orang bos yang iseng mengerjai karyawan-karyawan yang lembur hanya demi uang tambahan padahal pada siang hari para karyawan tersebut tidak bekerja apa-apa dengan menakut-nakuti mereka sebagai hantu. Namun, kedua orang ini tidak mengetahui bahaya dari apa yang mereka lakukan itu.

Dari awal film, film ini sudah terasa ingin mencoba mengikuti formula 4Bia dan Phobia 2, terutama Phobia 2. Film ini ingin memberikan hiburan berupa humor serta ketegangan. Film ini lucu dan berhasil meraih tawa penonton. Film ini juga ingin memberikan ketegangan dan cerita yang tidak mudah ditebak apa yang terjadi sebenarnya. Namun sayangnya, cara tersebut sudah dilakukan Banjong Pisanthanakun di In The End di Phobia 2, sehingga membuat film ini tertebak. Terlebih lagi, hal-hal yang membuat film ini tidak tertebak tidak sekuat di film In The End, sehingga penonton merasa beberapa bagian terasa janggal dan patut dipertanyakan. Saya sempat berekspektasi sangat rendah terhadap film ini karena karya sebelumnya dari sutradara ini, Dark Flight sangat laughable. Hal tersebut bukan karena Dark Flight merupakan film bergenre horor komedi seperti ini, tetapi karena efek dan jalan cerita film tersebut sangat tidak jelas.

Score : 6/10

Secara keseluruhan, film ini masih layak ditonton. Saya sempat khawatir dengan film ini karena pengalaman menonton film produksi Five Star sebelumnya dan sutradara film tersebut kembali menjadi sutradara di salah satu film ini. Akan tetapi, film dari sutradara tersebut memiliki perkembangan dan jauh lebih baik dari film sebelumnya. Efek 3D yang ditawarkan dari film ini tidak istimewa, hanya ada sebagian yang terasa pop-out dan sepertinya tidak jauh berbeda jika menonton versi 2Dnya. Untuk pertama kalinya saya merasa kurang nyaman dengan subtitle dari sebuah film 3D. Subtitle film tersebut agak berbayang dan kurang enak untuk dibaca. Sayangnya, film ini hanya dirilis dalam versi 3D di minggu pertamanya. Special effect nya juga masih terasa seperti buatan komputer.
Judul film 3AM ini juga tidak begitu terasa kuat di ketiga filmnya. Jika angka 3 tersebut hanya untuk menunjukkan ada 3 cerita dan dirilis dalam versi 3D ya sah-sah saja. Namun, penjelasan tentang para hantu menjadi sangat kuat pada jam 3 pagi tidak terasa di ketiga filmnya.

Score : 5/10

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...